Sebelum saya uraikan panjang lebar
artikel saya ini saya perjelas dulu maksud dari judul di atas, kawasan bebas upmatan
serupa dengan hibauan kawasan bebas asap rokok dan kawasan bebas parkir,
artinya itu suatu tempat dimana tidak diperkenankan untuk mengumpat, merokok
dan parkir. Beda ya smaa kawasan bebas mengumpat artinya boleh bebas mengumpat.
Latar belakang saya akhirnya menuliska
buah pikiran saya ini tidak lain puncaknya adalah serangkaian peristiwa di bulan
maret hiruk pikuk berita nasional yang menggambarkan carut marut nya kondisi
negeri ini. Salah satu yang paling heboh adalah persetruan anatara DPRD DKI dan
gubernur Basuki Cahaya Purnama atau pak Ahok. masalah kisruh korupsi dana APBD
nya sih hati dan otak saya masih dengan jernih bisa mencerna. Tapi ada yang urgent
menurut saya yang mengundang keprihatinan dan kegemesan hati saya. Yaitu fenomena
saling caci dan berkata kasar serta kotor yang kemudian diliput di media bahkan
kasus terakhir seorang pejabat mengucapkan kata-kata kotor ketika live interview
di televisi. Ini sudah parah dan kelewatan bagi saya!.
Saya tidak sendiri dalam mengecam
fenomena ini, anda bisa googling dan cari di sosial media berapa banyak rakyat
yang emnyayangkan fenomena berkata kasar, mencai dan mengumpat ini. Diantara sekiam
alasan kekecewaan itu adalah pendapat bahwa tidak seestinya seorang pejabat
publik dan publik figur berprilaku demikian, mengapa? Selain tidak pantas
secara etika juga ini bisa jadi contoh buruk untuk generasi muda, bisa jadi
dikemudian hari berilaku demikian akan jadi pembenaran dan rasionalisasi serta
contoh yang buruk untuk generasi muda.
Bukan hanya prilaku berkata kasar,
kotor dan mengumpat saja sih sebenarnya yang tidak boleh dilakukan oleh para
pejabat atau publik figur tapi juga perilaku lainnya mislanya korupsi, asusila
dll. Bisa jadi contoh buruk generasi muda, apa jadinya kelak generasi muda
kalau yang diteladani dari para pejabat, pemimpin dan publik figur idola mereka
adalah perilaku-perilaku buruknya?
Eits..tapi menurut saya itu baru
satu sudut pandang, maksud saya masyarakat boleh mengecam para pejabat, pemimpin dan publik figur yang berprilaku
tidak baik, karena bisa jadi contoh negatif, tapi saya juga menemukan fakta
yang juga tidak kalah memperihatinkan yaitu kebiasaan generasi muda jaman
sekarang yang dalam keseharian juga sudah tidak begitu mempertibangkan etika, dalam
kesempatan kali ini saya akan fokus pada berbicara kasar, kotor dan mengumpat. Saya
sering sekali menemui para generasi muda entah itu pelajar mahasiswa atau yang
sudah bekerja dengan enteng enggunakan kata-lata yang kasar, umpatan dan caci
maki ketika berbicara dengan reka-rekannya di tempat-tempat umum warung makan misalnya,
dengan sangat santainya tanpa mempertibagkan di mana mereka sedang berada.
Its ok bila yang mereka maksud adalah
itu bagian dari komunikasi biasa karena kebiasaan dipergualan dan hanya
dimaksudkan untuk sesama rekan, tapi jangan lupa ketika di tempat umum ada
orang lain yang juga perlu dihargai dan dihormati.
Ah akhirnya saya punya sebuah teori
boleh jadi orang mengecam perilaku berkata kasar yang idlakukan para pejabat
dan publik figur,, tapi sah dong kalau saya punya teori “ bagaimana ketika menjadi
pejabat, pemimpin atau publik figur tidak berperilaku kasar dan suka mengumpat?
Generasi muda nya saja sudah menganggap biasa ketika berbicara, berkata spontan
dan beristilah untuk suatu keadaan dengan kata-kata (mohon maaf)
misalnya-anjr*t, Anj*ng, F*ck, As* dll ”
Ini seperti teori telur dan ayam,
entah siapa yang duluan menjadi contoh dan siapa yang mencontoh hingga perilkau
mengumpat dan mencaci menjadi suatu hal yang biasa, sangat memperihatinkan,
saya generasi 90an, saya tidak lahir dari kalangan keluarga priyai tapi saya bersyukur jadi
generasi yang tahu tata krama, bahwa ketika berbicara dengan orang yang lebih
tua, ketika berbicara di tempat umum, sekalipun antar teman harus menjaga
lisan. Berkata tegas tidak harus kasar.
Ketika keresahan saya tentang fenomena
ini memuncak saya berdiskusi dengan seorang senior pak Agus dulu beliau pernah menjadi
pendamping di asrama baestudi etos semarang dan pengurus pusat di beastudi etos
dompet dhuafa, saya coba menyakinkan diri bahwa keresahan saya ini tepat pada
tempatnya, kemudian saya bertanya mengapa sebagaiam generasi muda kita tetap
harus menjaga perilaku salah satunya dengan berkata soapan dan santun dan tidak
mengumpat? Dan adakah korelasinya dengan keberhasilan dalan hidup Beliau menjelaskan:
- Apa yang kita ucapkan dan kita lakukan adalah bagian dari kebiasan dan karakter, mengapa sebagai generasi muda kita harus menjaga perilaku dalam bertutur sapa, karena itu jadi salah satu indikator karakter kepribadian kita, mereka yang terbiasa berkata baik dan sopan setidaknya menunjukan bahwa secara pribadi mampu membawa dan mengendalikan diri.serta mengatur emosi.
- Apalagi
kalau dikorelasikan kita sebagai umat yang beragama, bahwa berkata yang
santun adalah bagian dari akhlak atau adab ini mencrminkan kualitas iman
sesoarang.
Lalu tidak lepas dari kotroversi
tenyata banyak juga yang mengudukung pejabat yang berkata kasar dan mengumpat
ini, dengan pembenaran ” lebih baik berkata kotor tapi tidak korupsi dari pada
berkata halus tapi korupsi ” pendapat macam apa ini? Kita hidup di negara merdeka
yang boleh menentukan apa yang terbaik baik untuk diri kita, mengapa harus
mendikotomikan antara 2 hal pilihan yang ada tidak baiknya? Padahal kita bisa memilih
keduanya berkata sopan santun dan jujur . ini seperti pilihan mengerjakan ujian
nyontek nilai bagus apa jujur tapi nilai jelek? Apa-apaan ini kan bisa ujian
jujur dan dapat nilai bagus, atau mau kaya tapi masuk neraka atau miskin tapi masuk
surga apaa-apaan lagi ini kan bisa tetap hidup sejahtera dari hasil yang halal
dan insyaallah masuk surga. Atau saya curiga orang-orang yang berpendapat
demikian hanya untuk pembenaran lebih suka berkata kasar, mengumpat dan caci
maki.
Kemudian berikutnya,
ber opini boleh saja ya tapi juga jangan lupa aksi nyata, saya suka kata-kata
ini. Oleh karena itu agar tidak menjadi kaum yang omdo alias omong doang, maka
sebagai invidu saya coba melalukan aksi nyata sebagai wujud kperihatinan saya
pada fenomena genarasi tua dan muda yang sudah terbiasa berkata kasar, engumpat
dan mencaci, dengan :
- Pertama.
Menyampaikan ide dan gagasan serta pendapat saya ke rekan-rekan terhadap fenomena ini.
Menyampaikan ide dan gagasan serta pendapat saya ke rekan-rekan terhadap fenomena ini.
- Kedua.
Menuliskan gagasan saya dala bentuk artikel dengan harapan bisa dibaca abnyak orang dan setidaknya memberi sudut pandang baru syukur-syukur banyak yang sependapat
Menuliskan gagasan saya dala bentuk artikel dengan harapan bisa dibaca abnyak orang dan setidaknya memberi sudut pandang baru syukur-syukur banyak yang sependapat
- Ketiga
Saya tidak punya
kekuatan dan keuasan dimana saya bisa menyuruh orang untuk melakukan apa yang
saya inginkan, setidaknya di duna luar jangkauan saya, misal hari saya presiden
sudah pasti saya akan menegur keras pejabat yang berkata kotor, andai hari ini
saya dosen saya pasti akan menegur mahasiswa saya yang berkata kasar, bila hari
ini asya adalah guru pasti saya tegur siswa saya yang berkata kasar. Dan hari saya
ini baru seorang pemuda yang di beri amanah mengelola usaha mercahandise LOETJU semarangan, saya punya kuasa penuh di kantor atas karyawan dan peraturan di
toko saya maka saya mulai dengan gerakan membuat “ Kawasan Bebas Umpatan” saya menempel stiker dengan tulisan “ Kawasan Bebas Mmpatan, terima kasih telah berbicara dengan bahasa dan kosa kata yang sopan sera santun di tempat ini.” Dengan tagar #indonesia
santun.
Mungkin kecil tapi setidaknya saya
sudah melakukan suatu tindakan yang real atas keprihatinan saya pada kondisi
negara ini, semoga revolusi mental juga demikan bisa real tidak hanya dengan
minum jamu :D
Bagi anda pembaca tulisan ini dan
setuju dengan apa yang saya utarakan di atas serta ingin turut serta dalam
gerakan saya, silahkan mension ke akun
tuwtter saya @nandar_art dengan tagar #indonesiasantun saya juga
bersedia membagi stiker untuk anda tempel di tempat anda.
masalah bangsa ini pelik, mari
sebagai rakyat yang baik kita tunjukan kepedulian kita dengan aksi nyata bukan
hanya eskedar komentar dan nyinyir.
Semoga bermanfaat
Salam kreatif
saya nandar :)
" di pulau solomon, ketika mereka ingin mengambil kayu di hutan tidak perlu dengan memotongnya dengan gergaji, yang mereka lakukan cukup dengan berkeliling dan memutari pohon dan menyumpahi serta memaki dengan kata-kata kotor dan negatif, beberapa kemudian dengan sendirinya pohon itu akan mati " film Every Child is Special
" Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari Akhir, maka hendaknya ia berkata yang baik atau diam." (HR. Al-Bukhari).
“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain, (karena) boleh jadi mereka (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok), dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olokkan) perempuan lain, (karena) boleh jadi perempuan (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela satu sama lain, dan janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasik) setelah beriman. Dan barangsiapa tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim” (QS. Al-Hujurat:11)
" di pulau solomon, ketika mereka ingin mengambil kayu di hutan tidak perlu dengan memotongnya dengan gergaji, yang mereka lakukan cukup dengan berkeliling dan memutari pohon dan menyumpahi serta memaki dengan kata-kata kotor dan negatif, beberapa kemudian dengan sendirinya pohon itu akan mati " film Every Child is Special
" Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari Akhir, maka hendaknya ia berkata yang baik atau diam." (HR. Al-Bukhari).
“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain, (karena) boleh jadi mereka (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok), dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olokkan) perempuan lain, (karena) boleh jadi perempuan (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela satu sama lain, dan janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasik) setelah beriman. Dan barangsiapa tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim” (QS. Al-Hujurat:11)
Apik, Mas. Baarakallaah.
BalasHapusMakasih mbak Lia :)
BalasHapus