Pengantar
Alhamdulillah, puji syukur atas Rahmat Allah swt pada kita semua, semoga
kita termasuk hamba yang senantiasa bersyukur atas nikmat yang diberikannya,
mungkin kurang tepat sarananya tapi semoga tidak mengurangi niat tulusnya, melalui
artiker kali ini sebelum saya masuk pada pokok bahasan judul di atas saya ingin
mengawali dengan beberapa hal yang perlu saya sampaikan.
Yang pertama mohon maaf sebesar-besarnya untuk seluruh keluarga besar
alumni beastudi etos semarang, saya Nandar yang 2 tahun lalu diamanahi menjadi
koordinator tidak banyak yang bisa saya lakukan, banyak kekurangan dan
sayangnya ditambah lagi dengan akhir yang tidak menyenangkan.
Selanjutnya saya berterima kasih kepada semua pengurus yang telah
membantu selama 2 tahun dan tentunya kepada Udin 2010 koordinator cabe yang
baru yang telah bersedia melanjutkan estafet kepengurusan. Terimakasih juga
untuk para senior yang senantiasa membantu dan memberi masukan serta nasehat. Terimakasih.
Sebagai salah satu pengantar artikel saya, ucapan terimakasih atas
apresiasi dan didengarkannya gagasan saya sebelumnya ttg “bulan dana alumni”
kalau ini berjalan baik maka setidaknya dalam 1 tahun ada pemasukan pasti ke
kas cabe yang tentunya bisa digunakan untuk banyak hal kebaikan, tapi catatan
dari saya untuk rekan-rekan semua selain tujuan mencari pemasukan bulan dana
saya gagas sebagai sarana mengakomodir dan merangkul alumni dalam peran
kontribusi paling sederhana.
Latar belakang
Di sini saya ingin menyampaikan sedikit informasi tentang program
beastudi etos yang telah membesarkan dan mendidik kita, program yang pasti
walau ada kekurangan tetapi telah membentuk karakter dan kepribadian kita. Program
yang sangat kita cintai.
Hal yang tidak bisa dielakkan fakta bahwa biaya operasional program
beasiswa ini semakin lama semakin besar, pasti jauh apabila kita bandingkan
biaya operasional etos 2015 dengan etos di tahun 2007. Di tambah lagi dengan Dompet
Dhuafa sebagai penyelenggara program yang semakin hari makin bertambah aneka
programnya.
Ketika program etos 2015 masih pendaftaran kuota semarang adalah 35 tapi
sekarang yang di terima hanya 12 kalau gak salah, padahal sudah bekerjasama
dengan bidik misi sebagai pemberi beasiswa studi dan uang saku. Info yang saya
dapat dr pusat adalah karena ketidaksiapan semarang dalam hal akomodasi asrama,
iya andai benar kuota semarang 2015 adalah 35 orang maka memang dibutuhkan
paling tidak 1 asrama lagi, kita ketahui bersama harga sewa di tembalang
selangit.
Itu gambaran kecil saja bahwa program beasiswa yang membesarkan kita
hari ini mendapat banyak tantangan salah satunya adalah biaya operasional. kalau
saya tanya apakah program ini harus tetap ada dan tetap berlanjut saya yakin
mayoritas alumni akan sepakat untuk ttp ada dan lanjut. Jadi sy sebagai slah
satu anggota berkesimpulan ada baiknya kita juga membantu memikirkan solusi
tantangan ini.minimal bantu Mikir aja dulu bantu nya entar ha..ha..itu sudah 1
kebaikan.
Inspirasi
Sebenarnya bukan hanya operasional sewa asrama saja ya, keperluan kecil-kecil
harian etoser juga kalau dihitung besar juga. Misal air minum, listrik, ATK,
dll.
Nah dengan kondisi yang ada terlintaslah
di benak saya apa yang bisa kita lakukan untuk membantu tantangan biaya
operasional ini?
Dulu sudah pernah muncul wacana sebuah program yang namanya “wakaf
asrama” oleh alumni, goal program ini adalah alumni bareng2 iuran untuk membuat
asrama etos, kemudian program ini di jadikan pilot project di bogor dan
jakarta, namun sy cek kemarin program ini spertinya mandeg. Mungkin tantangannya
gak jauh beda dengan di semarang.
Kemudian saya tiba-tiba teringat ketika dulu aktif membantu mas imron 2004 waktu beliau membuat
program Rumah Prestasi Indonesia di undip, beliau pernah menyampaikan sebuah
gagasan tentang membuat pesantren respon mayoritas pengurus waktu itu manusiawi
sekali dari mana dana besar untuk melaksanakan gagasan itu?. Beliau menjelaskan
kalau “segelondong” dana ratusan juta memang teraasa berat, ide beliau adalah
wakaf per kebutuhan misal: semen 2 karung, meja, batu bata 100 pcs, kaca 1
lembar dll. Maka akan tersasa ringan. Dalam benak saya kala itu yang asih culun
“briliant sekali” he..he,,
Berikutnya saya juga ingat dalam sebuah agenda etos pak faris pernah diskusi ttg hal ini, beliau pernah
menyampaikan sebuah gagasan ttg “menjual pendanaan program etos” untuk menunjang
kebutuhan etoser bisa dicarikan sponsor per kebutuhan misal, air galon, listrik
dll.
Menarik ya?
Gagasan
Nah dari pengantar yang muter-muter tadi gagasan yang ingin saya share
kali adalah sederhananya, bagaimana kalau kita sebagai alumni dan indiviu mengambil peran sebagai donatur per
kebutuhan operasional etos itu, biar keren programnya bisa dinamai “wakaf
alumni” kali ya atau yang lain he..he.. kita mulai dari hal yang sepele-sepele
baru nanti salah satu goalnya adalah asrama misalnya mas imron bos khatulistiwa
ambil wakaf untuk kebutuhan listrik bulanan, mas feri ambil wakaf untuk air
galon bulanan, mas wahyu snack pembinaan bulanan dll.
Ada pertanyaan, biasanya dari mana
uang opersional yang disebut di atas? Jawabnya macem-macem mas mbak, misal
kalau untuk air adek2 iuran kayak kita dulu, kalau listrik sepertinya dari manajemen
dll.
Maksud tujuan gagasan saya ini kalau berjalan, bisa meringankan beban
operasional bulanan baik etos secara manajemen (dompet dhuafa) dan adek2. Untuk
dompet duafa mungkin uang yang harusnya untuk mengcover operasional tadi bisa
digunakan untuk program lain, artinya bertambah kebermantaan yang bisa
dilakukan, untuk adek-adek bisa meringankan beban mereka uang bisa untuk kebutuhan
kuliah atau yang lain dan mereka bisa fokus mengikuti program dengan baik tanpa
terbebani biaya lain2 lagi.
Itu sedikit hal yang ingin sy ashare
kali ini, semoga bermanfaat dan saya tunggu tanggapan rekan-rekan
Terima kasih
Tidak ada komentar