Halaman

    Social Items

NandarArt

Tampilkan postingan dengan label Gagasan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Gagasan. Tampilkan semua postingan


Inovasi, Adaptif dan Kolaboratif Tiga Syarat Peran Maksimal Pemuda Masa Depan

Oleh: Achmad Munandar

*Artikel ini telah diikutsertakan pada Lomba Menulis Alumni Great Edunesia, bisa bibaca lewat tautan berikut ini: education.co.id


Menurut Mukhlis (2007:1) “pemuda adalah suatu generasi yang dipundaknya dibebani bermacam-macam harapan, terutama dari generasi lainya. Hal ini dapat dimengerti karena pemuda diharapkan sebagai generasi penerus, genrasi yang harus mengisi dan melangsungkan estafet pembangunan secara berkelanjutan”.

Sejarah mencatat peran pemuda sangat signifikan dalam perkembangan Bangsa Indonesia, dimulai pada tahun 1902 para pemuda yang tergabung dalam Budi Utomo memulai kesadaran pentingnya pendidikan bagi generasi muda, dilanjutkan pada tahun 1928 lewat Sumpah Pemuda yang membangun kesadaran akan persatuan dan nasionalisme dan tahun 1998 sebagai momentum dalam memperjuangkan demokrasi dan kesejahteraan rakyat.

Jika dirunut kembali sebenarnya masih banyak peran pemuda dalam upaya membawa bangsa ini ke arah yang lebih baik, sebut saja Agustus tahun 2024 lalu, pemuda dengan berbagai elemen masyarakat dengan beragam gerakannya lewat Peringatan Darurat mampu menggagalkan sekelompok oligarki yang ingin mengakali konstitusi demi dinasti.

Tak melulu soal politik, semua bidang butuh peran serta pemuda agar perubahan positifnya segera terasa. Bidang pendidikan, sosial, ekonomi dan kesehatan juga butuh keterlibatan lebih banyak manusia berjiwa muda sehingga mampu mendobrak kebuntuan akan ide, ribetnya birokrasi dan lambatnya gerakan serta keperpihakan jika hanya mengandalkan peran pemerintah.

Namun, catatan penting yang ingin saya berikan lewat tulisan ini tepat di Hari Sumpah Pemuda 28 Oktober 2024 bahwa pemuda bukanlah sesosk Superman yang mampu menyelesaikan semua masalah bangsa dengan seorang diri. Toh kalau merujuk pada DC Universe bahkan Superman sekalipun butuh tim bernama Justice League untuk mengatasi masalah yang lebih besar.

Menurut saya setidaknya kita butuh tiga hal agar perubahan menuju bangsa yang lebih baik bisa segera terwujud dengan dampak yang lebih luas yaitu karakter inovatif, adaptif dan kolaboratif.

Pertama inovatif, banyak masalah kecil yang akhirnya jadi kronik akibat tak segera ditangani butuh ide-ide yang inovatif agar bisa diselesaikan secara efisien. Sebut saja misalnya uapaya memutus rantai kemiskinan, tidak bisa hanya mengandalkan satu solusi saja dan programnya juga harus disesuaikan dengan sasarannya.

Mereka yang sama sekali tidak punya pekerjaan diberikan pelatihan dan akses terhadap lowongan pekerjaan, mereka yang sudah berwirausaha dibantu modal, jaringan dan pengetahuan untuk pengembangan dan gerasi muda dengan potensi akademik dari keluarga tidak mampu dibantu dengan beasiswa dengan tujuan kelak bakal mendapatkan pekerjaan yang baik sehingga jadi agen pemutus rantai kemiskinan.

Kedua adaptif, ide-ide kreatif di atas kadang dalam pelaksanaannya bakal menemukan kendal di lapangan seiring dengan perkembangan situasi di masyarakat. Maka karakter adaptif harus dimiliki sehingga mampu meyesuaikan diri dengan cepat.

Dahulu poster, selebaran dan spanduk adalah alat paling efektif dalam mempromosikan jualan. Hari ini masyarakat lebih banyak menatap layak handphone dan bercengkrama di media sosial yang artinya agar promosi lebih efektif harus disesuaikan dengan audiennya. Maka pelaku usaha harus mau dan mampu adaptasi dengan perkembangan sehingga dapat hasil yang maksimal.

Tidak mudah memang, karena penerapan karakter adaptif ini butuh keterbukaan pikiran akan hal-hal baru, tidak cepat berpuas diri dan kemauan keras untuk belajar lagi.

Terakhir kolaborasi, hari ini sudah gak jaman lagi melakukan semua seorang diri. Selain energi yang bakal terkuras di tengah jalan, secara kemampuan mustahim seorang diri menguasai semua hal. 

Bekerjasama dengan pirnsip saling menguntungkan tidak pernah salah, justru dengan kolaborasi sebuah pekerjaan akan semakin ringan, bisa mendapatkan banyak masukan karena dipikirkan banyak kepala dan menambahkan jaringan tentunya.

Jadi untuk sobat pembaca, para gerasi muda yang ingin berperan dalam menciptakan msa depan yang lebih baik mari kita lihat diri kita sendiri, sudahkan kita memilki tiga karakter di atas? Jika belum ayo segera lakukan.

#menulis_oktober




Inovasi, Adaptif dan Kolaboratif Tiga Syarat Peran Maksimal Pemuda Masa Depan




Bali Ndeso, Mbangun Deso 
(Pulang ke Desa, Membangun Desa)

Oleh: Achmad Munandar

*Artikel ini telah diikutsertakan pada Lomba Menulis Alumni Great Edunesia, bisa bibaca lewat tautan berikut ini: education.co.id

Ketika tinggal di asrama Beastudi Etos selama tiga tahun, rutinitas pembinaan setiap pekan bersama rekan seangkatan dan pembinaan bersama setiap semester menjadi kegiatan yang sangat membekas.

Dalam prosesnya kami diberikan bekal dalam aspek akademis, agama, kepemimpinan dan pengabdian masyarakat. Saya bersyukur pernah terlibat dalam proyek sosial Kampung Produktif Bestusi Etos Semarang di Kelurahan Rowosari yang digagas oleh teman-teman etoser angkatan 2009 berdasar potensinya sebagai kelurahan penghasil pisang Cavandis.

Jujurly, selama tiga tahun proses pembinaan tersebut tidak setiap detik bisa saya nikmati dan jalankan dengan senang hati, kadang merasa ada keterpaksaan dan tidak jarang asal jalan saja sekedar menggugurkan kewajiban, namun tetap dijalani.

Seorang pendamping asrama kami kala itu pernah berpesan, “Jalani saja, kelak pasti ada hikmahnya”. Benar saja, runititas pengembangan diri yang diberikan oleh Beastudi Etos tersebut sangat terasa manfaatnya ketika saya sudah terjun ke masyarakat sebagai bagian dari khalayak.

Runitas di atas membuat kepekaan sosial kami jadi besar, ketika di sekitar ada kondisi yang menurut kami kurang ideal, jiwa pengabdian kami bergejolak, otak kami tak mau diam mencoba urun solusi dan tangan kami terasa gatal bila tak turun tangan.

Jika mahasiswa pada umumnya harus ikut organisasi dan membuat program pengabdian dahulu atau harus ikut KKN (Kuliah Kerja Nyata), turun ke masyarakat dalam berbagai program sosial sudah jadi makanan sehari-hari anak etos.

Long short story, tahun 2024 ini saya membulatkan tekad untuk “Bali Ndeso, Mbangun Deso” atau “pulang ke kampung halaman” untuk urun tangan mencoba bagian dari solusi dan pengembangan desa, belum seratis persen literally tiggal di desa, namun dalam bentuk membuat program pengabdian masyarakat.

Bekal lain yang saya dapat dari program pembinaan Beastudi Etos adalah kewajiban menulis artikel setiap bulan yang mengasah kemampuan menuliskan isi pikiran secara runut dalam bentuk tulisan, terlepas dari kualitasnya, awalnya kewajiban menulis artikel yang terasa berat jadi hobi menulis hingga menghasilkan sebuah website mendia online sederhana bernama Campusnesia.co.id yang kontennya seputar dunia pendidikan dan hiburan.

Kembali ke program pengabdian di atas, dengan menggabungkan kemampuan menulis dan keinginan memberikan sumbangsih bagi desa tercinta, awal tahun 2024 ini saya membuat platfom listing UMKM di desa saya Tegalharjo yang terletak di Kabupaten Pati Jawa Tengah bernama Pasardesaku.com.

Program ini didasari fakta bahwa banyaknya UMKM di Desa Tegalharjo belum memiliki direktori dan terdata dengan baik. Platform yang saya buat dengan template blog sederhana ini berisi daftar usaha di desa saya sehingga bisa dengan mudah ditemukan oleh masyarakat yang lebih luas lewat internet, berharap mendapat eksposure yang besar dan peluang mendapatkan pembeli dari daerah lain.

Selain berisi listing UMKM, di dalamnya juga berisi artikel, podcast audio dan video tips tentang UMKM dengan harapan bisa jadi masukan agar bisa lebih maju lagi dari sisi pemahaman, branding, manajemen keuangan dan lain sebagainya.

Dalam tahap selanjutnya, lewat platform ini saya ingin mencoba mendampingi usaha-usaha yang sudah jalan agar lebih maju lagi, dari hal sederhana pembuatan spanduk, stiker, kemasan, cara berjualan online dan sebagainya.

Selamat ulang tahun untuk Dompet Dhuafa, terima kasih untuk semua kebaikan yang sudah diberikan dan kawah candradimuka bernama pembinaan pengembangan diri Beastudi Etos yang menumbuhkan dan memupuk rasa kepedulian sosial serta memberikan kesempatan pada kami untuk praktik dan terjun langsung sehingga jadi bekal berharga ketika benar-benar kembali ke masyarakat.

Bali Ndeso, Mbangun Deso



Nandarart -- Kamu cebong kamu kampret, dikotomi akibat dukung mendukung capres cawapres semakin meruncing akhir-akhir ini, bisa jadi karena kurang dari sebulan lagi pencoblosan akan dilakukan. 

Saya kurang tahu pastinya kapan, muncul istilah cebong untuk mengidentifikasi pendukung capres 01 dan kampret untuk pendukung 02. Tetapi menurut saya cikal bakal terbelahnya masyarakat kita adalah sejak pilkada DKI 2012 lalu, dilanjut Pilpres 2014 yang calonnya hanya 2 dan semakin panas tatkala Pilkada DKI 2017 sayangnya Pilpres 2019 dengan hanya ada 2 pasangan calon lagi.

Saya sudah sampai level jijik melihat polah Diehard kedua pasang calon dalam mengkampanyekan calon dan menyerang calon lain. Diakui atau tidak, polarisasi dan pembelahan terjadi di masyarakat yang akhirnya sangat dikotomis.

"Kamu pendukung 01 ya?" 
"Bukan"
"Berarti pendukung 02?"
"ya belum tentu Zainal!"

Dialog seperti diatas sering kita temui, seolah hidup harus berpihak pada salah satu saja, toh memilih gak harus jadi pendukung kan? dan bisa jadi golput juga.

Banyak peristiwa tidak penting akibat polarisasi politik kubu-kubuan ini, ada suami istri yang ribut, ada yang pacaran putus, bahkan pernah ada berita hnngga adu fisik jotos-jotosan.

Kesimpulan saya, tidak penting banget, kamu boleh menjadi pendukung salah satu capres, jadi cebong atau kampret, silahkan. Tetapi tetap gunakan akal sehat. Pilpres dan pemilu cuma sehari dan 5 tahunan. Sungguh eman-eman persahabatan dan seduluran yang selama ini sudah terjalin hanya gara-gara pilpres semata.

Pesan saya juga, dukung seperlunya, cintai sewajarnya, benci secukupnya setelah Pilpres sebaik apapun pemerintahan yang terpilih kita musti tetap mengusahakan sendiri nasib kita. Gak bisa kemudian ujug-ujug jika pilihan kita menang lalu kita leha-leha dan tiba-tiba sejahtera.

Sepengamatan saya mereka yang ngotot hingga berbusa-busa adalah (1) pendukung yang idealis, (2) pendukung yang dibayar dan (3) mereka yang terlanjur malu dengan junjungan masing-masing namun gengsi mengakui kelemahan tiap junjungan, maka yang terakhir ini sebenarnya tidak sedang membela junjungannya namun membela harga dirinya sendiri. Ya kalau kamu bukan diantara Ketiga golongan di atas, ngapain serius amat sampai segitunya.

Saran Saya
Sebagai anak bangsa, saya khawatir dengan kondisi seperti ini, terlihat selama 5 tahun polarisasi itu tak kunjung reda. Dan menjadi bibit-bibit baru keretakan kerukunan. Saya menyarankan selain mendukung sewajarnya, bersikaplah adil dan gentel, siapapun yang terpilih nanti jika program dan prestasinya baik ya akuilah, apresiasi. Namun jika salah dan kurang sudah sewajarnya kita krtitik demi perbaikan, sekalipun dulu ia pilihan kita.

Kadang saya prihatin, orang-orang yang entah siapapun pemimpinnya jika salah dicari Rasionalisasi pembenaran akan kesalahan itu dan jika bukan pilihanya maka tiap hari dicari terus kesalahanya seakan tak ada kebaikan sedikitpun dari orang itu.

Saya khawatir ya, orang-orang seperti ini ketika hendak tidur yang terfikir adalah, 
"Besok si A, si B bikin salah apa lagi ya?"
"Semoga besok si A, si B bikin salah biar bisa kita Bully"

Gak usah senyam-senyum, hal itu terjadi pada Pemerintahan Presiden Pak Jokowi dan Pemerintahan Gubernur Jakarta Pak Anis Baswedan. Cebong-Kampret Podho wae!. Saya menyebutnya Benci mah Benci aja!, kalau sudah benci maka akal sehat tidak jalan. 



Jangan-jangan kita memang tidak ingin Indonesia maju dan sejahtera, atau hanya ingin Indonesia maju dan sejahtera jika dipimpin golongan kita saja, Egois gak sih?

Astagfirullahadzim 

Ayolah, kita ingin Indonesia lebih baik kan? secara jumlah penduduk, potensi alam dan manusianya Indonesia harusnya bisa lebih besar dan bisa berperan lebih besar di Dunia dari yang sekarang. Maka stop jadi Cebong dan Kampret, jadilah manusia.

Nandar
Simpatisan Garbi Semarang 


Kamu Cebong, Kamu Kampret, Aku jadi Manusia saja!




Kang Mad -- Hari-hari menjelang pemilu dan pilpres semakin dekat. Sayang bukanya semakin adem justru semakin panas saja. Salah satu yang saya sayangkan dari gelaran pilpres sejak 2014 dan 2019 ini adalah munculnya calon yang hanya berjumlah 2 pasang saja.

Kalau kita mau cari akar masalahnya selain abang batas pencalonan yang 20% juga mahalnya biaya politik. Sehingga mempersempit putra bangsa lain yang ingin mencoba meperbaiki negeri ini dengan mencalonkan diri sebagai presiden dan wakilnya.

Kembali ke paragraf pertama, efek dari hanya ada 2 pasang calon ini adalah polarisasi politik yang sudah sampai level memprihatinkan. Berpeluang memecah belah bangsa ini. Mengkotak-kotakan antar sesama. Lalu muncul istilah yang dikotomik, kamu cebong kamu kampret, kamu nomer 1 kamu nomer 2, kamu baik yang satu jahat dll. Tidak pernah ada ujungnya.  

Read english news at Nesianetwok.id

Hari-hari ini kita membaca berita antar pendukung saling debat, caci maki bahkan ada yang bermain fisik. Ngono kuwi faedahe oupooo?

Padahal pilpres ini hanya sesaat dan apapun hasilnya dengan skeptis saya mau bilang kita tetap harus kerja keras jika ingin hidup lebih baik. Kecuali anda adalah orang-orang yang ikut terlibat dalam kontestasi ini dan akan mendapatkan bayaran atau jabatan jika salah satu calon terpilih, aka wajar berjuang mati-matian agar calonya menang. Kalau tidak ya ngapain ngotot segitunya.

“ Harusnya jumlah swing voters lebih banyak”

Di tengah kondisi yang dikotomik tadi, kalau kita perhatikan dari berbagai lembaga yang mengeluarkan hasil survey ada kelompok lain selain pendukung nomer 1 dan 2, yaitu swing voters istilah untuk mereka yang belum menentukan pilihan. Saya ingin mengaku di tulisan ini, pilpres kali ini saya masuk golongan ini, saya akan tetap menggunakan hak pilih, tapi baru akan saya putuskan sesaat sebelum mencoblos.

Banyak alasan, yang paling kuat adalah saya ingin  memberi kesempatan lebih tepatnya ingin melihat para calon dan timsesnya menyakinkan saya bahwa mereka mampu melihat masalah yang sedang dihadapi negeri ini dan punya solusi yang feasible. 

Hingga hari ini jujur saya belum melihat itu, yang lebih dominan masih saling eributkan hal-hal remeh misalnya keselip lidah dan lain-lain.

Saya berpendapat harusnya golongan swing voters ini lebih banyak, karena hingga hari coblosan tiba mereka saya asumsikan memposisikan diri di wilayah netral sehingga bisa melihat gelaran politik lima tahunan ini lebih jernih.

Karena percaya tidak percaya, mereka yang hari ini sudah menetapkan pilihan saya ibaratkan orang yang sedang jatuh cinta dimabuk kepayang. Mohon maaf adegiumnya melihat kotoranpun disangka coklat. Sudah sulit untuk disadarkan dan digoyahkan keyakinan dukung mendukungnya.

Setidaknya ada 2 hal menurut saya, pertama yakin 100%  bahwa yang didukung baik. Atau gensi karena sudah terlanjur mendukung. Maka tidak peduli apapun polah sang junjungan akan dibela, benar akan dibela kalau salah dicari rasionalitasnya. Jujur saja, iya kan? 

Maka sayang sekali, dalam beberapa survey golongan swing voters jumlahnya tidak seberapa, andai lebih banyak pilpres dan pemilu 2019 akan lebih menarik, karena lebih banyak orang yang waras, mampu melihat dengan jernih setiap gagasan, program dan solusi yang ditawarkan para calon. Serta punya peluang megkritisi dan memberi masukan dengan jernih pula.

Apapun pilihan dan pijakan anda hari ini, pesan saya jaga kerukunan, setelah hajatan politik ini tetap saja kita harus bekerja dan kembali ke kehidupan semula. He he.



Bagikan ke WhatsApp

Harusnya Jumlah Swing Voters Lebih Banyak



Nandarart -- Orang tertawa ketika Tirto Utomo menawarkan gagasan air minum dalam kemasan botol, tapi hari ini kita semua paham semua air mineral adalah Aqua.

Nokia menyepelekan tombol qwerty, tackball dan trackpad blackberry hingga akhirnya ia kewalahan sat psarnya tergerus, saat mulai ikut trend sudah kalah, demikian juga saat samartphone layar sentuh iphone muncul.

Gagasan, 
Suatu ide hasil dari membaca sejarah (masa lalu) memahami keadaan (masa sekarang) dan memprediksi (masa depan).

Tiga kelompok yang akan muncul ketika sebuah gagasan dilempar ke publik:
1. Mereka yang sepemahaman, setuju dan akhirnya mendukung agar gagasan itu terwujud

2. Mereka yang tidak setuju dan akan melahirkan gagasan tandingan

3. Mereka yang terinspirasi dan akan melahirkan gagasan yang bisa jadi dan lebih kompatible dengan kebutuhan jaman itu.

Semua golongan respon itu positif menurut saya, karena sebuah gagasan men-trigger orang lain untuk ikut berfikir dan menelaah. 

Jadi kalau punya gagasan, sampaikan saja.

Bisa jadi gagasanmu tepat sebagai solusi atas masalah yang sedang terjadi dan didukung agar terwujud.

Bisa jadi gagasanmu tidak tepat, tapi dengan kamu sampaikan gagasan yang tidak tepat itu mendorong orang untuk mengoreksi sehingga lahir gagasan yang lebih tepat.

Bisa jadi juga gagasanmu belum disadari kalayak, belum menemukan jamanya. Tapi tak apa, kelak bisa jadi lahir gagasan yang lebih kompatible dengan jamannya yang terinspirasi dari gagasanmu itu.

Setiap Gagasan akan Menemukan Jamannya



Oleh: nandar

Saya akan menulis yang saya alami & amati saja biar lebih relevan. Politik jadi lebih menarik dan seru bagi saya saat tahun 2012. Ini kali pertama juga bagi saya kenal dan menggunakan media sosial twitter.

Dari sekian banyak tema, twit-twit tentang konstelasi politik menjadi salah satu tema yang menarik bagi saya.

Dan seperti yang pembaca tahu, tahun 2012 juga bersamaan dengan Pilkada DKI Jakarta yang dikemudian hari bak sinetron jadi berepisode.

Setahun setelahnya ada pilkada di Jabar & Jateng yang ikut seru, dan tentu saja 2014 Pilpres.

Entah di dunia nyata & sosial media lain, tapi di twitter masyarakat "seolah" terbelah. Kamu pendukung A & kamu pendukung B.

Kubu-kubuan ini menjadi dinamis & menarik serta menggelitik. Tiap hari Lini masa (time line) diwarnai berbagai perbincangan tentang kontestasi politik baik yang positif dan membangun hingga yang debat & serang (twit war).

Singkat cerita Pilpres usai dan ditetapkan pemenangnya yang kemudian jadi presiden. 

Apabila anda menira "pilpres" telah usai anda salah, karena time line tetap panas bahkan saat pilpres telah selesai. Yang kalah tiap hari menyoroti kebijakan pemenang dari yang besar hingga urusan "sepele" ada kalanya berupa Kritik tapi banyak juga yang menurut saya arahnya ke "nyinyir".

Sampai di sini sebelum melanjutkan saya punya sikap, di Pilpres saya secara pribadi dan kebijakan partai afiliasi saya mendukung capres yang kalah. Tapi saya berpendapat perdebatan harusnya usai ketika pemenang sudah ditetapkan. Kritik & kontrol tentu saja harus dilaksanakan & itu mudah bagi pihak yang kalah atau opisis, yang berat mah berani mengakui dan mendukung jika ap yng dilakukan capres terpilih baik dan benar.

Serasa dejavu dengan pilpres 2014 kita disuguhkan kontestasi yang tidak kalah seru di pilkada DKI 2017 kemarin.

Bedanya, bisa dikatakan kubu pemenang pilpres kali ini kalah dan sebaliknya kubu yang kalah pilpres menang.

Dengan segala dinamika dan pengaruh pilpres pada kubu-kubuan di twitter saya berharap tidak akan terjadi lagi pasca pilkada DKI.

Oh ya, Sebelum lupa ada beberapa nasehat-nasehat bijak dari kubu pemenang pilpres kepada yang kalah, misalnya "yang kalah legowo dong, ikhlas.." atau "kalau salah diingatkan kalu baik & benar dukung dong.." ada lagi "move on dong..pilpres sudah selesai".

Unfortunedly, nasehat bijak itu tak semudah dikatakan saat jadi pihak yang kalah. Dan hari ini 2 kubu nyaris tak ada bedanya dalam hal kritik atau bahkan nyinyir pada pemenang kontestasi politik.

Kita masuk inti ya he he..

Nah saya coba merenung, sepertinya ada yang kebih fundamental dari sekedar sebuah kontestasi politik dan ajang dukung mendukung. Kalau dibilang pilpres, pilkada dan pil..pil yang lain adalah nyari pemimpin dengan visi,   program kerja serta keberpihakan pada rakyat yang paling baik, sorry to say dari yang saya amati adalah omong kosong.

Nyatanya, bahkan ketika kata mayoritas khalayak seorang pemimpin mengeluarkan kebijakan dan program yang baik selalu saja salah dan jelek. Jadi masalahnya bukan program dan kebijakan tapi karena jokowi-jk dan anis-sandi saja. Benci mah benci aja.

Sebutan gaberner wagabener saja, bagi standar moral saya sudah jahat sekali. Seakan semua yang dilakukan adalah jelek. 

Hal fundamental berikutnya yang ketika saya renungkan jadi ngeri. Adalah tentang menagih janji.

Kita coba sepaham dulu, bahwa menagih janji kampanye seorang pemimpin adalah karena janji programnya baik dan akan menjadikan keadaan masyarakat lebih baik.

Tapi yang ada adalah, seolah-olah (naudzubillahindzalik..semoga hanya prasangka butuk saya saja) kita senang dan girang kalau janji pemimpin terpilih tidak berhasil diwajudkan/ditunaikan.

Dengan begitu seolah terkonfirmasi bahwa (harusnya) pemimpin jago kita yang terpilih yang paling baik dan yang menang sekarang adalah jelek (salah orang).

Jangan-jangan nih, ketika kita hendak tidur terpikir, "semoga besok pemimpin sekarang bikin kesalahan lagi.." ketika bangun buka sosmed "ada update apa? Pemimpin terpilih bikin kesalahan apa? Ada yang gagal lagi gak?"

Hanya karena kita ingin berkata.."nah kan..apa saya bilang".. naudzubillah.

Takdir itu sudah ditetapkan Tuhan, tapi wilayah manusia adalah wilayah penuh pilihan.

Saya memilih, ketika akan dan sedang berlangsubg kontestasi politik mencari pemimpin terbaik berjuang dengan segala daya upaya mendukung dan memenangkan calon yang saya dan partai afiliasi saya anggap baik.

Ketika kintestasi selesai dan pemenang ditetapkan, jika menang akan menjaga dan mengingatkan dan mengawal.

Jika kalah, akan mwngkritik jika kebijakan salah dan keliru dan tentu saja akan mendukung jika kebijakan pemimpin terpilih baik & bermanfaat.

Wallahu'alam..

Benci mah Benci Aja: Sebuah Renungan




Nama Program
"L" Library (dibaca eL Library)

Jenis Program
Literasi

Bentuk Program
- Perpustakaan minimalis
- Pinjam Buku
- Gerakan gemar membaca

Lokasi Program
Semarang

Subjek Program
Siapa saja yang mau membaca

Latar Belakang
- Menumpuknya koleksi buku cetak pribadi
- Angka minat baca Indonesia yang masih rendah

Tujuan
- Meningkatkan minat baca
- Berbagi ilmu dengan meminjamkan buku
- Pengabdian
- Membentuk Komunitas Baca

Goal
- Minat Baca Meningkat
- Budaya saling berbagi pinjam buku
- Budaya diskusi buku

Cara Meminjam
- Pilih buku yang ingin dipinjam
- Hubungi kontak via wa untuk memastikan stok buku
- Ambil bukunya/ diantar via jasa delivery
- Biaya ditanggung peminjam
- Batas waktu peminjaman maksimal 7 hari
- Buku yang dipinjam harus dijaga, dirawat dan dikembalikan tepat waktu

Catatan:
saya berprasangka baik, yang meminjam buku adalah orang baik dengan niat belajar dan menambah ilmu. Merawat dan mengembalikan buku tepat waktu wajib dilakukan agar program bisa berjalan tanpa hambatan.

Koleksi Buku:

>> UPDATE 16 November 2017 <<

1. Kitab Anti Bangkrut 
- penulis: Jaya Setiabudi 
- stok: 1 
- status: Available

2. Diary Ramadhan 
- penulis: Super Twin
- stok: 1 
- status: Available

3. Seni Digital
- penulis: Atok Sugiarto
- stok: 1 
- status: Available

4. Menaklukkan Media
- penulis: Andi Andrianto 
- stok: 1 
- status: Available

5. Tips & Trick MS Word
- penulis: Arista Prasetyo Adi
- stok: 1 
- status: Dipinjam

6. Photoshop & Corel Draw 
- penulis: Alfa Hartoko
- stok: 1 
- status: Dipinjam

7. Halal Haram Muamalah Kontemporer
- penulis: Dr. Erwandi Tarmizi, MA
- stok: 1 
- status: Available

8. Aku Bangga menjadi Tuna Rungu
- penulis: Santi Setyaningsih
- stok: 1 
- status: Available

9. Majalah Embun 
- penulis: Lazis Jateng
- stok: 8 
- status: Available

10. Sepuluh Strategi Manajemen 
- penulis: Michael LeBoeuf, Ph.D
- stok: 1 
- status: Available

11. Sale dan Marketing
- penulis: Scott L. Girrad. Jr dkk
- stok: 1 
- status: Available

12. Its My StartUp
- penulis: Lahandi Baskoro
- stok: 1
- status: Available

13. Belajar Merawat Indonesia
- penulis: M. Adi Nugroho dkk
- stok: 1
- status: Available

14. Dua Kodi Kartika
- penulis: Rendy Saputra
- stok: 1
- status: Available

15. Mencuri Kreatifitas Desainer
- penulis: Raul Renanda
- stok: 1
- status: Available

16. Pena Cendikia
- penulis:  Moh Nur Sholeh
- stok: 1
- status: Available

17. Majelis Cinta
- penulis:  Moh Nur Sholeh
- stok: 1
- status: Available

18. Pendamping di Dunia, Kekasih di Surga
- penulis:  Super Twin
- stok: 1
- status: Available

19. Cahaya Cinta Ibunda
- penulis:  Bunda Darosy Endah
- stok: 1
- status: Available

20. Permata Hati Ibunda
- penulis:  Bunda Darosy Endah
- stok: 1
- status: Available

21. Beauty Jannaty
- penulis:  Keisya Avicenna
- stok: 1
- status: Available

22. Fabel Qur'an "Anjing Ashabul Kahfi"
- penulis: Muhammad Iqbal
- Stok: 1
- status: Available

23. Fabel Qur'an "Burung Gagak Qobil & Habil
- penulis: Muhammad Iqbal
- Stok: 1

- status: Available

24. Fabel Qur'an "Burung Hud-Hud"
- penulis: Muhammad Iqbal
- Stok: 1

- status: Available

25. Fabel Qur'an "Burung dan Paus"
- penulis: Muhammad Iqbal
- Stok: 1
- status: Available

26. Fabel Qur'an "Keledai Nabi Uzair"
- penulis: Muhammad Iqbal
- Stok: 1
- status: Available

27. Fabel Qur'an "Sapi Bani Israil"
- penulis: Muhammad Iqbal
- Stok: 1
- status: Available

28. Fabel Qur'an "Semut dan Nabi Sulaiman"
- penulis: Muhammad Iqbal
- Stok: 1
- status: Available

29. Fabel Qur'an "Unta Betina Nabi Shalih"
- penulis: Muhammad Iqbal
- Stok: 1
- status: Available

30. Fabel Qur'an "Gajah Abrahah"
- penulis: Muhammad Iqbal
- Stok: 1
- status: Available

31. Buka Langsung Laris
- penulis: Jaya Setia Budi
- Stok: 1
- status: Available

32. Langkah Smart
- penulis : Pariman, M.Psi, Pikolog
- stok: 1
- status: Available

**********************************
Peluang Kerjasama & Kontribusi:
- Bagi anda pecinta buku dan literasu\i, yuk gabung jadi member dan relawan
- Bagi anda yang memiliki koleksi buku, boleh disumbangkan untuk menambah koleksi
- Bagi anda penerbit dan penjual buku, boleh menyumbangkan buku koleksinya
- Kami akan mencantumkan nama donatur dala kredit, nama dan logo penerbit dalam setiap publikasi

**********************************
Terimakasih kepada para Donatur Buku:
1. Achmad Munandar
2. bpk. Pariman, M.Psi. Psikolog
3. 

Terimakasih kepada para Penerbit Buku:
1. 
2.
3. 

Terimakasih kepada para Sponsor: 1. Loetju.com 2. Loetju Foundation 3. Campusnesia 4. L University

---------------------------------------

LOETJU Building
Jl. Banjarsari Gg. Iwenisari no.27
Tembalang Semarang 50275
Hotline: 085292613001

El Library: Gagasan Perpustakaan Pinjam via Online



1. siang tweps..apa kabar semuanya? semoga sehat ya :) biar gak lupa sy mau nulis di TL ttg KDL & KDK :)

2. KDL & KDK adalah gagasan sy yg kesekian yg ingin sy share pd teman2 :)

3. KDK itu Kuliah di Kandang & KDL itu Kuliah di Ladang :)

4. latar belakangnya adalah fakta bahwa mayoritas masyarakat desa kita adalah peternak & petani

5. aminbil contoh kecil di desa sy tiap rumah min.punya 1 kambing & 1 sapi.yg punya ladang pun demikian walo ada yg luas n sempit

6. sebagian nya lagi adalah buruh ternak & buruh tani

7. kalau di hubungkan dgn program swasembada pangan n daging mustinya ini jd potensi.tp nyatanya ironi

8. bnyak faktor lah ya klo mmbhas kegagalan swasembada pangan n daging.kali ini sy cuma mau fokus di lingkungan terdekat sy aja

9. yaitu mencoba mengkaitkan dgn tradisionalnya pyernak n petani kita dg dunia pndidikan/kampus

10. tiap tahun brp ribu coba sarjana ahli ternak n tani.tp blm signifikan pngaruhnya pd modernisasi ternak n tani kita.

11. gap antara akdemisi & tani ternak di lapangan jauh banget.

12. ada jg yg lucu sarjana peternakan n pertanian justru stlah lulus kerjanya didunia yg berbeda.sy misalnya :D

13. nah sy berfikir seharusnya tdk ada sekat antara akademisi pelopor ilmu & modernisasi dgn peternak n petani

14. KKN, PKL proyek dosen n kamlus sy rasa msh blm cukup krena blm bisa berkelanjutan.

15. KDL kuliah di Kandang nantinya akan mmpertemukan mahasiswa-dosen n peternak sharing ilmu

16. contohnya: di desa peternak mayoritas brfikir yernak hrs di kasih makan hijauan terus.pdhal scara teori biar cpt gemuk dikash konsentrat

17. mhhsiswa & dosen bisa mngajarkan pemberian pakan n pembuatanya pd peternak.ilmu nya terpraktkkan pternak ter upgrade

18. teknik pembuatan pakan silase dll sbg solusi pakan di musim kemarau.teknik sanitasi dll

19. masyrakat pun akhirnya bisa dekat dgn para akademisi.jd ilmu yg sdh sedemikian maju itu tdk hnya berkahir di rak perpustakaan saja

20. demikian juga dgn KDL kuliah di ladang.sarana mmpertmukan mhhsswa dosen n petani

21. jepang itu lahan pertanianya tdk seluas kita.tp hasilnya bis ajd sama besar/lbh bnyak.

22. dgn KDL diharapkan petani bisa terupgrade teknik pertanianya shingga mmpu mmprofuksi lbh bnyak & berkualitas

23. klo 2 gagasan ini bisa terlsksana.bakal keren ternak n tani kita :)

24. sekian







KDK ( itu Kuliah di Kandang ) & KDL ( itu Kuliah di Ladang )